KEHATI-HATIAN SYAIKHUNA PADA LAFAZD TAKBIRAN
Pada saat takbiran hari raya, salah seorang santri KH Maimoen Zubari atau yang akbrab dipanggil Mbah Moen membaca kalimat takbir seperti berikut:
Tepatnya pada kalimat:
Sebagian dari mereka menambahi dengan:
Mbah Moen yang kala itu berada di ruang tamu mendengar hal itu, beliau langsung memanggil salah satu santri ndalem kemudian beliau mengatakan:
“Nak, yang membaca takbir diberi tahu, lafadnya cukup:
Jangan ditambah:
Pada suatu kesempatan, salah seorang santri bertanya tentang hal itu, dan beliau menjawab:
Kalau ingin menambah, cukup dengan ditambah:
Karena yang ada di dalam Al-Qur’an itu hanya dua, yaitu:
Adapun) lafadz:
Tidak ada di dalam Al-Qur’an.
Orang munafiq itu walaupun haqiqotnya orang kafir, namun masih termasuk barisan orang Islam dan mereka memperlihatkan islamnya, karena itu, jangan dimusuhi walaupun mereka memusuhi. Kalau dimusuhi, sama saja bermusuhan dengan sesama muslimnya.
Saya ungkapkan dengan bahasa indonesia dan dengan tata bahasa saya:
Al-Qur’an memang memerintahkan untuk berjihad dan keras terhadap orang kafir dan munafiq. Tetapi Nabi pun mempunyai politik sehingga raja-raja kafir pada zaman itu mengirimkan hadiah berupa unta, kuda, bighol dan himar. Bahkan raja mesir Muqowqis mengirimkan hadiah berupa wanita cantik, Maria Al-Qibthiyyah yang kemudian menjadi istri Nabi. Pernikahan ini menurunkan seorang putra bernama Ibrohim.
Sedangkan orang munafiq, ketika mereka ikut dalam sebuah peperangan, seperti perang badar, peperangan itu dimenangkan oleh pihak muslimin. Sedangkan saat perang uhud, dan orang-orang munafiq mengundurkan diri tidak mengikuti perang, pihak muslimin mengalami kekalahan, walaupun awwalnya menang.
Hal itu pun disebabkan turunnya para pemanah dari bukit uhud, setelah melihat kemenangan dan mereka melihat ghonimah.
Di saat sebagian shohabat mengatakan: “apakah tidak kami perangi orang-orang munafiq itu?”. Nabi bersabda:
“Andaikan Saya memerangi mereka, niscya mereka b sesungguhnya muhammad memerangi para shahabatnya”.
ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ، ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ، ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ، ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ، ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻭﻟﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻛﺒﻴﺮﺍ، ﻭﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻛﺜﻴﺮﺍ، ﻭﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻜﺮﺓ ﻭﺃﺻﻴﻼ، ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﻧﻌﺒﺪ ﺇﻻ ﺇﻳﺎﻩ، ﻣﺨﻠﺼﻴﻦ ﻟﻪ ﺍﻟﺪﻳﻦ، ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ
Tepatnya pada kalimat:
ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ …
Sebagian dari mereka menambahi dengan:
ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ، ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻮﻥ، ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻮﻥ …
Mbah Moen yang kala itu berada di ruang tamu mendengar hal itu, beliau langsung memanggil salah satu santri ndalem kemudian beliau mengatakan:
“Nak, yang membaca takbir diberi tahu, lafadnya cukup:
ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ
Jangan ditambah:
ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻮﻥ
Pada suatu kesempatan, salah seorang santri bertanya tentang hal itu, dan beliau menjawab:
Kalau ingin menambah, cukup dengan ditambah:
ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻮﻥ
Karena yang ada di dalam Al-Qur’an itu hanya dua, yaitu:
ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻮﻥ dan ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ
Adapun) lafadz:
ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻮﻥ
Tidak ada di dalam Al-Qur’an.
Orang munafiq itu walaupun haqiqotnya orang kafir, namun masih termasuk barisan orang Islam dan mereka memperlihatkan islamnya, karena itu, jangan dimusuhi walaupun mereka memusuhi. Kalau dimusuhi, sama saja bermusuhan dengan sesama muslimnya.
Saya ungkapkan dengan bahasa indonesia dan dengan tata bahasa saya:
Al-Qur’an memang memerintahkan untuk berjihad dan keras terhadap orang kafir dan munafiq. Tetapi Nabi pun mempunyai politik sehingga raja-raja kafir pada zaman itu mengirimkan hadiah berupa unta, kuda, bighol dan himar. Bahkan raja mesir Muqowqis mengirimkan hadiah berupa wanita cantik, Maria Al-Qibthiyyah yang kemudian menjadi istri Nabi. Pernikahan ini menurunkan seorang putra bernama Ibrohim.
Sedangkan orang munafiq, ketika mereka ikut dalam sebuah peperangan, seperti perang badar, peperangan itu dimenangkan oleh pihak muslimin. Sedangkan saat perang uhud, dan orang-orang munafiq mengundurkan diri tidak mengikuti perang, pihak muslimin mengalami kekalahan, walaupun awwalnya menang.
Hal itu pun disebabkan turunnya para pemanah dari bukit uhud, setelah melihat kemenangan dan mereka melihat ghonimah.
Di saat sebagian shohabat mengatakan: “apakah tidak kami perangi orang-orang munafiq itu?”. Nabi bersabda:
ﻟﻮ ﻗﺎﺗﻠﺘﻬﻢ ﻟﻘﺎﻟﻮﺍ ﺇﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻗﺎﺗﻞ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ
“Andaikan Saya memerangi mereka, niscya mereka b sesungguhnya muhammad memerangi para shahabatnya”.
Bahkan Abdulloh bin ubay bin salul, pemimpin orang munafiq, setelah meninggal digali kuburnya dan diluluri dengan air liur Nabi serta dikafani dengan kain dari nabi. Hal itu dijelaskan dalam kitab Syajarotul Maarif.
Tetapi Abdulloh bin Ubay tidak disholati oleh Nabi karena ada Larangan dari Al-Qur’an:
0 Response to "KEHATI-HATIAN SYAIKHUNA PADA LAFAZD TAKBIRAN"
Posting Komentar